|
Siaran Pers |
| IFG Dorong Pengembangan Industri Asuransi Berbasis Riset dan Customer Centricity melalui Research Dissemination 2025 |
Jakarta, 26 November 2025 – Indonesia Financial Group (IFG) menegaskan komitmennya untuk menghadirkan industri asuransi nasional berbasis riset yang kredibel, customer-centric, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat Indonesia. IFG Research Dissemination 2025 yang mengusung tema “Bridging Gaps: Behavioural Economics, Microinsurance, and Regional Mapping for Insurance and Guarantee Inclusion”, kegiatan ini mempertemukan fungsi pengembangan bisnis asuransi, akademisi, dan peneliti dalam merumuskan strategi peningkatan penetrasi asuransi secara lebih efektif, inklusif, dan berkelanjutan.
Acara ini dihadiri oleh Direktur Utama IFG Hexana Tri Sasongko, Direktur Teknik IFG Rianto Ahmadi, Wakil Direktur Utama Haru Koesmahargyo, Head of IFG Progress Ibrahim Kholilul Rohman, serta perwakilan tim riset dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Nusa Cendana, Universitas Brawijaya, Universitas Indonesia, Universitas Islam Indonesia, dan Universitas Sam Ratulangi.
“Sebagai seseorang yang tumbuh profesional dalam lingkungan riset, saya memandang agenda ini sangat krusial bagi IFG. Di negara maju, asuransi merupakan instrumen yang dibeli masyarakat bukan dijual, karena kesadaran terhadap perlindungan risiko yang tinggi” ujar Hexana Tri Sasongko, Direktur Utama IFG dalam sambutannya.
Hexana menambahkan, IFG ingin membawa paradigma itu ke Indonesia: bahwa masyarakat membeli asuransi atas dasar kesadaran, bukan karena ditawarkan.
Melalui riset akademik dengan metodologi yang tepat dan analisis data yang mendalam, IFG berharap temuan-temuan ini dapat diterjemahkan menjadi strategi bisnis yang tepat, berbasis evidence, dan semakin mendekatkan industri asuransi dengan kebutuhan riil Masyarakat.
Riset sebagai Landasan Fundamental Pengembangan Produk Asuransi
Riset menjadi pilar utama bagi bisnis asuransi karena memungkinkan perusahaan untuk memahami pemetaan jenis produk asuransi yang tepat dan sesuai dengan masyarakat, melihat risiko secara akurat, merumuskan produk sesuai kebutuhan pasar, menetapkan premi yang proporsional, dan memastikan kepatuhan terhadap regulasi. Tanpa riset yang tepat dan komprehensif, strategi bisnis berbasis proteksi akan sulit dioptimalkan.
Peran riset dalam industri asuransi meliputi:
Riset juga berperan penting dalam memperkuat kesiapan industri menghadapi tantangan baru, termasuk transisi digital, perubahan perilaku konsumen, perkembangan ekonomi wilayah, dan penerapan prinsip ESG sebagai bagian dari tata kelola berbasis keberlanjutan.
Kolaborasi Akademik, Teknologi, dan Pendekatan Regional
Melalui IFG Progress sebagai think-tank strategis di bidang keuangan non-bank, IFG memperluas kerja sama riset dengan universitas di berbagai wilayah. “Dalam kegiatan ini kami lakukan pendekatan riset dilakukan menggunakan behavioural economics, analisis data mikro, machine learning, hingga pemodelan statistik dan survei primer untuk memahami perbedaan karakteristik masyarakat berdasarkan wilayah, generasi, dan ekosistem digital” jelas Head of IFG Progress Ibrahim Kholilul Rohman.
Berbagai temuan dari riset mitra universitas,mulai dari studi pemetaan generasi digital oleh Universitas Brawijaya, persepsi risiko kekeringan dan microinsurance oleh Universitas Nusa Cendana, Literasi keuangan dan preferensi produk asuransi jiwa dan dana pensiun oleh Universitas Sam Ratulangi, korelasi risk-taking dan kinerja kewirausahaan oleh Universitas Indonesia, hingga strategi komunikasi berbasis perilaku oleh Universitas Islam Indonesiamenjadi landasan pengembangan strategi penetrasi produk yang lebih terarah.
Melalui pendekatan berbasis riset, IFG memproyeksikan penguatan posisi sebagaimana the largest non-bank financial services ecosystem di Indonesia, memperluas inklusi asuransi, dan mengakselerasi implementasi prinsip ESG dalam praktik bisnis.
“Momentum ini kami jadikan ruang untuk bertukar pemikiran, memperkuat sinergi akademis dan industri, serta membangun ekosistem asuransi modern yang berbasis riset, inovasi, dan empati terhadap kebutuhan masyarakat. Asuransi harus makin dekat dengan publik, menjadi pilihan proteksi, bukan sekadar produk yang ditawarkan,” lanjut Ibrahim.